duduk bersimpu dengan dagu yang sedikit lancip mungkin bukanlah gayamu..
seperti yang aku lihat. bebatuan putih !
seperti biasa yang kau lakukan, mengulang mengulang dan lagi
berpikir, melihat, memandangku, mengeryitkan dahi. Apa lagi yang kau lihat ?
Apa yang kau pikirkan ?
entahh..
membosankan ! kau hanya terpaku dan terdiam. Kau patung ?
mencoba menipuku ? tidak mungkin..
tanganmu mengolek, kau mau berdansa ?
ahh..tidak ! kau tidak bisa berdansa !
jadi, tangan itu hanya kau gunakan untuk menyapu titik titik piluh yang menggerayangi tubuhmu ?
memalukan ! aku berharap kau meraihku..
menunduk lebih baik dari pada melihat bola mata yang bahkan tak pernah berbicara,
kedua tungkai kakimu bergerak mundur, aku melihatnya ! tak pernah aku berbohong..
sungguh, aku melihatnya bergerak seperti..
kau mulai lagi,. berjalan melingkar. bushh bushh...debaran angin mengikutimu,
bunyi apa itu..*dag dig dag dig dag dig*
aku pernah mendengarnya, iya setiap kau melakukan gerakan melingkar itu, bunyi itu juga berdentang
entah apa..
bersamaan dengan itu, aku melihat tungkai kakimu bergerak lebih cepat dan angin seakan berselaras mengikutimu..
apa yang terjadi ?
kau terbaring di tikar hijau yang selalu kau sebut r-u-m-p-u-t
aku mulai merasakan lampu terang menyelimutiku
dan angin yang mengikutimu mencoba berbelok arah
dia menghampiriku, mencoba menggodaku..
menerbangkan sedikit demi sedikit helai sutra yang sering kau sebut r-a-m-b-u-t
aku tak bergeming, karena aku menyukainya..
sapaan yang biasa angin itu berikan kepadamu, terasa dekat dengan piluhku juga
kini aku mengerti gerakan melingkar itu..