nenek nenek malam

               Jauh dari keramaian kota Makassar dan Makale yang merupakan kota Tana Toraja, terdapat sebuah desa yang bernama Ulusalu, jaraknya sekitar 18km dari kota Makale. 

             Mungkin sudah tergambar jelas dibenak anda, kata desa berarti tempat yang sejuk, tempat yang tidak terjamah oleh polusi, berpadang hijau dengan pohon-pohon segar mengelilingi, sebuah tempat yang jauh dari sorak-sorai orang yang haus akan kekuasaan, tempat dengan penuh keramahan, dan cenderung kental akan adat istiadat. Begitu pun halnya dengan desa yang bernama Ulusalu, kecamatan Salluputi. Desa yang jauh dari pusat kota ini, tidak jauh berbeda dengan desa pada umumnya, dihiasi pohon-pohon menjulang tinggi, kicauan burung dikala pagi, dan mayoritas penduduknya adalah petani. Karena letaknya yang masih merupakan daerah Tana Toraja yang terkenal dengan dinginnya, desa Ulusalu juga memiliki tingkat suhu yang sangat dingin. Ketika bangun dikala pagi, hembusan nafas itu akan berupa menjadi kepulan asap putih. Walaupun anda belum pernah menginjakan kaki di luar negeri, desa ini bisa menjadi alternatif pendek untuk merasakan dinginnya Los Angeles atau mungkin Korea selatan. Saya saja kalau kesana harus siap syal dengan setelan jacket yang tebal serta kaos kaki. Mungkin anda sudah mengangguk tanda mengiyakan pernyataan saya sebelumnya yang mengatakan kalau desa ini sudah mirip luar negeri aja. 

Dinginnya desa ulusalu, tidak membuat gentar sesosok wanita dengan syal coklat melingkari lehernya dan jacket tebal berwarna senada membungkus tubuhnya yang terlihat kurus dan letih, rambutnya yang memutih dan keriput wajahnya tidak menutupi kecantikannya yang telah habis dihirup zaman. Saat itu, nenek pina yang baru saya ketahui namanya setelah nenek itu memperkenalkan dirinya dengan ramah, hanya membalut kakinya yang mungil dengan sendal jepit beralas tipis dan berlari-lari menuju kios kecil depan rumah nenek saya saat itu. Karena bibi saya sibuk memasak di dapur, malam itu giliran saya yang menjaga kiosnya. Sebenarnya, malam itu kios akan ditutup lebih cepat dari biasanya karena dinginnya malam dan hujan yang deras tetapi karena saat itu nenek itu telah berdiri tepat di depan pintu kios, pintu kemudian saya geser untuk mempersilahkan sang nenek masuk. dengan ramahnya dan suara yang lembut, nenek itu  berkata dengan menggunakan bahasa toraja :

tabee nak, la mangali pulsa na..den raka pulsa duang pulo na ? kata sang nenek dengan pelannya seakan berbisik sambil melihat-lihat lemari kaca yang berisikan voucher fisik dan kartu perdana. (artinya : maaf nak, saya mau membeli pulsa, apa ada pulsa 20 ? )
Sesaat ketenangan yang terpampang dimukanya saat itu mulai berubah menjadi  kebimbangan dan kecemasan. Belum menjawab pertanyaan sang nenek, nenek pina bertanya dengan nada cemas :

Ooo..tae raka pulsa duang pulo na, nak ? saba tae inde kutiro..( artinya : oo..nda ada ya pulsa 20 nya ? soalx dsni koq gak ada )
Saat itu, saya hanya bisa tersenyum mendengarnya, sambil menjawab pertanyaan sang nenek saya membuka lemari kecil dan mengeluarkan handphone untuk mengisi pulsa sesuai dengan pulsa yang nenek itu inginkan.

Den sia nek...pira ri nomor na ? ( artinya : ada kok nek..nonya berapa ? )
nenek pina mulai bingung, beliau kemudian mengeluarkan handphone dari saku jacketnya dan mulai mencari nomornya yang mungkin sudah tersimpan dalam kontak, sesaat tersirat simpul senyum dari bibirnya, dengan tertawa sang nenek berkata :

oo...la tae iyaa inde kela ? tae mo kukilalai...( artinya : oo..kenapa gak ada ya ? saya sudah lupaa )
dengan hampir tertawa, saya menawarkan untuk mencari nomor yang nenek pina maksud, tapi setelah dicari dan dicari, nomor tersebut juga tak kunjung menampakan diri, dalam hati saya berkata ( gilaa..kontak nenek juga banyak banget, entah siapa aja nih, hahahaha ) karna sudah lama mencari, kemudian saya bertanya :

tae inde nenek...( artinya : tetap gak ada nek )

dengan hati yang kecewa, nenek pina hanya mengangguk dan pamit pergi dengan berjalan kaki di tengah malam. karena khawatir melihat nenek itu pulang malam-malam, hingga di ujung jalan saya membuat sebuah cahaya dengan sinar senter dan melihatnya hingga di ujung pembelokan, tapi belum beberapa menit, betapa kagetnya saya ketika nenek itu telah menghilang padahal saya masih melihatnya 15meter dari pembelokan, dan itu tandanya tidak mungkin secepat itu sang nenek berjalan dengan langkah yang tertatih, seketika bulu roma saya berdiri dan angin malam berhembus dengan suasana yang berbeda..seketika saya hanya bisa berlari memangil-mangil nenek saya dan melangkah dengan cepat kerumah, hahahaha :D 

You Might Also Like

0 comments

Makasih ya udah mau comment :) GBU

It's Me...

Foto saya
a girl, staring stright back at me. stand up to hide her heart.

Flickr Images